Nasehat Dr Tan Shot Yen Tentang Vaksinasi (bagi ortu yang masih GALAU)
Oleh Tanya Asi dan Qyqy Ummu Husna di TANYA ASI - HZ Lactation Center (Berkas) · Sunting Dokumen
Siapa itu dr Tan Shot Yen???
DR. Tan Shot Yen, adalah seorang medical doctor, dokter yang kritis dan sering diundang sebagai pembicara dan narasumber di berbagai seminar. Selain sebagai dokter, dia juga praktisi Braingym dan Quantum, serta Hypnoterapist. praktisi energy healing, certified medical hypnotherapist, dan penulis buku Saya Pilih Sehat dan Sembuh, Dari Mekanisasi Sampai Medikalisasi, dan Resep Panjang Umur, Sehat, dan Sembuh.
dokumen ini merupakan pertanyaan lanjutan dari seorang penanya yg juga bertanya tentang alergi,bisa dilihat disini ---> http://www.facebook.com/groups/tanya.asi/doc/10151013146946026/
Sengaja kami pisahkan,yang bertujuan agar memudahkan dalam membacanya,namun isi dari pernyataan beliau tidak ada yg dikurangi atau ditambahkan.
dr. Tan Shot Yen menjawab soal imunisasi/vaksinasi :
Ini adalah masalah yang SANGAT SENSITIF – dalam arti, BANYAK KEPENTINGAN BERMAIN DI DALAMNYA. Betul bahwa pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban melindungi rakyatnya dari penyakit dan ketidakberdayaan, tapi sistem pelayanan kesehatan pun di satu sisi tidak lepas dari ketinggalan informasi dan kepentingan politis kesehatan. Hal ini sudah terjadi sejak awal abad 19, saat banyak filsuf dan pakar mengkritisi otonomi rakyat untuk menentukan apa yang menjadi hak mereka, bukan pemerintah semata-mata menguasai tubuh semua orang. Menjadi kritis dan berpengetahuan itu baik dan sangat dianjurkan, tanpa harus menjadi ‘parno’. Tapi yang lebih penting adalah mendapat sumber pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan kemudahan komunikasi dan dunia internet, mudah pula informasi ngawur dan sudah kadaluwarsa berpindah tangan. Bahkan tanggapan- tanggapan pribadi sepihak hanya berdasarkan satu kasus seakan mampu menyamaratakan semua kasus. Menjadi konsumen kesehatan yang kritis khususnya mengenai imunisasi/vaksinasi dapat kita terapkan dengan:
1. Mendapatkan data statistik (buka internet, masuk ke website yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti kementrian kesehatan, misalnya) – ketik “prevalensi hepatitis B” (misalnya, untuk mengetahui angka kesakitan akibat infeksi hepatitis B). Belajar cari tahu pula BAGAIMANA CARA penyakit ini disebarkan. Apakah bayi anda juga mempunyai risiko tertular? Apakah tempat anda tinggal termasuk wilayah endemik?
2. Mencari tahu BAGAIMANA penyakit- penyakit itu dapat DICEGAH. Apakah gizi baik dan memelihara kebersihan bisa dijadikan pegangan? Bagaimana lingkungan sekitar anda? Orang-orang dalam rumah yang juga ikut mengasuh anak anda? Vaksinasi selalu bicara tentang KEMUNGKINAN TERTULAR.
3. Cari tahu pula BERAPA LAMA vaksin tersebut bertahan mampu
mencegah suatu penyakit. Apakah ada CELAH dimana vaksin bisa gagal, dan berapa persen nilai
kegagalannya.
4. Dan yang JAUH LEBIH PENTING: - Dapatkan LEMBAR INFORMASI DARI PERUSAHAAN PEMBUAT VAKSIN. Ini adalah HAK PASIEN. Sebelum vaksin diberikan, mintalah pada dokter anda lembar tersebut. Bacalah dulu di rumah. Kembali lagi ke dokter untuk menanyakan apa yang tidak anda mengerti. Jangan lupa perhatikan RISIKO efek samping yang mungkin timbul (MUNGKIN, tidak berarti
TIDAK BISA TIMBUL). Sekali pun risiko hanya 1 berbanding sejuta orang, siapa tahu ANDA atau ANAK ANDA adalah SATU dari sejuta orang itu? Dan bagaimana CARA menghindari atau menyikapi bila toh risiko tersebut timbul? Jangan pernah menganggap remeh dan membiarkan dokter anda menjawab dengan enteng,”Ah, itu kan baru kemungkinan dan keciiiiillll sekali. Dibandingkan kalau anak anda tertular?” Hlo, tertular penyakit pun BARU KEMUNGKINAN, bukan? Apakah bila menghindari vaksinasi berbahaya lalu PASTI anak kita tertular? - Dalam setiap vaksinasi, SIMPAN (atau gunting, tempelkan) stiker pada botol vaksin yang diberikan itu pada BUKU CATATAN MEDIK pribadi anda. Ini sangat penting bila terjadi klaim atau masalah di kemudian hari. - Catat pula riwayat kesehatan SEBELUM dan SESUDAH pemberian vaksin. Enjoy parenting selagi anda bisa, full-time motherhood is THE BEST!
(Ditulis oleh Dr Tan Shot Yen, sebagaimana yang dimuat dalam rubrik Konsultasi Kesehatan, tabloid NYATA).
DR. Tan Shot Yen, adalah seorang medical doctor, dokter yang kritis dan sering diundang sebagai pembicara dan narasumber di berbagai seminar. Selain sebagai dokter, dia juga praktisi Braingym dan Quantum, serta Hypnoterapist. praktisi energy healing, certified medical hypnotherapist, dan penulis buku Saya Pilih Sehat dan Sembuh, Dari Mekanisasi Sampai Medikalisasi, dan Resep Panjang Umur, Sehat, dan Sembuh.
dokumen ini merupakan pertanyaan lanjutan dari seorang penanya yg juga bertanya tentang alergi,bisa dilihat disini ---> http://www.facebook.com/groups/tanya.asi/doc/10151013146946026/
Sengaja kami pisahkan,yang bertujuan agar memudahkan dalam membacanya,namun isi dari pernyataan beliau tidak ada yg dikurangi atau ditambahkan.
dr. Tan Shot Yen menjawab soal imunisasi/vaksinasi :
Ini adalah masalah yang SANGAT SENSITIF – dalam arti, BANYAK KEPENTINGAN BERMAIN DI DALAMNYA. Betul bahwa pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban melindungi rakyatnya dari penyakit dan ketidakberdayaan, tapi sistem pelayanan kesehatan pun di satu sisi tidak lepas dari ketinggalan informasi dan kepentingan politis kesehatan. Hal ini sudah terjadi sejak awal abad 19, saat banyak filsuf dan pakar mengkritisi otonomi rakyat untuk menentukan apa yang menjadi hak mereka, bukan pemerintah semata-mata menguasai tubuh semua orang. Menjadi kritis dan berpengetahuan itu baik dan sangat dianjurkan, tanpa harus menjadi ‘parno’. Tapi yang lebih penting adalah mendapat sumber pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan kemudahan komunikasi dan dunia internet, mudah pula informasi ngawur dan sudah kadaluwarsa berpindah tangan. Bahkan tanggapan- tanggapan pribadi sepihak hanya berdasarkan satu kasus seakan mampu menyamaratakan semua kasus. Menjadi konsumen kesehatan yang kritis khususnya mengenai imunisasi/vaksinasi dapat kita terapkan dengan:
1. Mendapatkan data statistik (buka internet, masuk ke website yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti kementrian kesehatan, misalnya) – ketik “prevalensi hepatitis B” (misalnya, untuk mengetahui angka kesakitan akibat infeksi hepatitis B). Belajar cari tahu pula BAGAIMANA CARA penyakit ini disebarkan. Apakah bayi anda juga mempunyai risiko tertular? Apakah tempat anda tinggal termasuk wilayah endemik?
2. Mencari tahu BAGAIMANA penyakit- penyakit itu dapat DICEGAH. Apakah gizi baik dan memelihara kebersihan bisa dijadikan pegangan? Bagaimana lingkungan sekitar anda? Orang-orang dalam rumah yang juga ikut mengasuh anak anda? Vaksinasi selalu bicara tentang KEMUNGKINAN TERTULAR.
3. Cari tahu pula BERAPA LAMA vaksin tersebut bertahan mampu
mencegah suatu penyakit. Apakah ada CELAH dimana vaksin bisa gagal, dan berapa persen nilai
kegagalannya.
4. Dan yang JAUH LEBIH PENTING: - Dapatkan LEMBAR INFORMASI DARI PERUSAHAAN PEMBUAT VAKSIN. Ini adalah HAK PASIEN. Sebelum vaksin diberikan, mintalah pada dokter anda lembar tersebut. Bacalah dulu di rumah. Kembali lagi ke dokter untuk menanyakan apa yang tidak anda mengerti. Jangan lupa perhatikan RISIKO efek samping yang mungkin timbul (MUNGKIN, tidak berarti
TIDAK BISA TIMBUL). Sekali pun risiko hanya 1 berbanding sejuta orang, siapa tahu ANDA atau ANAK ANDA adalah SATU dari sejuta orang itu? Dan bagaimana CARA menghindari atau menyikapi bila toh risiko tersebut timbul? Jangan pernah menganggap remeh dan membiarkan dokter anda menjawab dengan enteng,”Ah, itu kan baru kemungkinan dan keciiiiillll sekali. Dibandingkan kalau anak anda tertular?” Hlo, tertular penyakit pun BARU KEMUNGKINAN, bukan? Apakah bila menghindari vaksinasi berbahaya lalu PASTI anak kita tertular? - Dalam setiap vaksinasi, SIMPAN (atau gunting, tempelkan) stiker pada botol vaksin yang diberikan itu pada BUKU CATATAN MEDIK pribadi anda. Ini sangat penting bila terjadi klaim atau masalah di kemudian hari. - Catat pula riwayat kesehatan SEBELUM dan SESUDAH pemberian vaksin. Enjoy parenting selagi anda bisa, full-time motherhood is THE BEST!
(Ditulis oleh Dr Tan Shot Yen, sebagaimana yang dimuat dalam rubrik Konsultasi Kesehatan, tabloid NYATA).
0 comments:
Post a Comment